MAKALAH
Tugas I
MEMBANGUN SDM YANG BERBASIS MADANI
DAN IPTEK DI KOTA BATAM
DISUSUN OLEH :
RIZUMI
017407549
PROGRAM
STUDI S1
EKONOMI
MANAJEMEN
TAHUN
2013
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Masyarakat Madani menjadi wacana
yang selalu actual untuk dibicarakan sampai sekarang. Menurut sejarah, pengembangan Pulau Batam
dapat dilihat pada tiga periode yang berbeda yakni periode masa lampau, periode
pendudukan kolonial dan periode globalisasi. Perkembangan pulau Batam awalnya
berasal dari Pemerintahan Kesultanan yang sekarang telah berbaur dengan
Republik Singapura dan kerajaan Malaysia yang terlebih dahulu menganut paham
moderat Dengan memiliki visi yaitu “ Terwujudnya Kota Batam sebagai
Bandar Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan
Perekonomian Nasional ” maka diperlukan langkah-langkah nyata yaitu membangun
masyarakat madani dengan Menumbuh
suburkan kehidupan harmonis dan berbudi pekerti atas dasar nilai multi
etnis,multi kultur, multi agama dan melestarikan nilai-nilai seni budaya
melayu, kearifan lokal dan memelihara kelestarian lingkungan hidup. Tulisan ini akan membahas
permasalahan tersebut. Sehubungan dengan itu, ada dua konsep yang perlu
mendapatkan pembahasan yaitu masyarakat madani dan kearifan lokal. Untuk
mendapatkan kesamaan pemahaman dan keruntutan pembahasan, tulisan ini diawali
dengan pengertian dan karakteristik masyarakat madani, yang dilanjutkan dengan
signifikansi kearifan lokal dalam pembangunan masyarakat madani, dan diakhiri
dengan upaya-upaya membangun masyarakat madani berbasis kearifan local dan
IPTEK dengan rujukan khusus di Kota Batam.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memberikan informasi berkenaan dengan SDM
yang berbasis Madani dan IPTEK dikota Batam.
1.3
Metode
Metode
yang digunakan dalam tulisan makalah ini adalah studi kepustakaan yaitu dengan
meresume berbagai artikel-artikel yang berkaitan tentang Sumber Daya Manusia
& IPTEK.
II
PEMBAHASAN MATERI
A. SEJARAH
KOTA BATAM
Sejarah pulau Batam dapat
ditelusuri ketika pertama kali Bangsa Mongolia dan Indo-Aryans pindah dan
menetap di kerajaan Melayu sekitar tahun 1000 M atau sebelum kerajaan Islam
Malaka dan Bintan muncul serta saat datangnya Pemerintahan Kolonial Eropa yang
diprakarsai oleh bangsa Portugis, Belanda dan Inggris. Sejak tahun 1513 M,
pulau Batam dan Singapura telah menjadi bagian dari kesultanan Johor. Penduduk
pulau Batam sendiri berasal dari orang Melayu atau yang lebih dikenal dengan
orang Selat atau orang Laut. Mereka menempati wilayah tersebut sejak zaman
kerajaan Temasek atau paling tidak dipenghujung tahun 1300 M (awal abad ke-14).
Referensi lain menyebutkan, pulau Batam telah dihuni orang Laut sejak 231 M. Ketika
Singapura dinamai Temasek yang dikelilingi oleh perairan, wilayah ini telah
dijadikan sebagai pusat perdagangan yang dikuasai oleh Temanggung Tempatan
(pemimpin wilayah).
Akibat dari pesatnya perdagangan
tersebut membuat kerajaan Melayu Johor, Penyengat serta Lingga/Daik menjadi
kuat dan mereka memperluas daerah kekuasaan sampai ke kawasan Malaka. Bukan itu
saja, pulau Sumatera Bagian timur juga menjadi bagian dari kekuasaan mereka.
sampai akhirnya datang bangsa Belanda dan Inggris pada tahun 1824 M, yang
kemudian mengambil alih tampuk kekuasaan sekaligus menjadi daerah jajahannya
dan muncullah paham politis yang baru . persaingan antara Inggris dan Belanda
amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat malaka.
Bandar Singapura juga maju pesat, mengakibatkan Belanda dengan berbagai cara
ingin menguasai perdagangn Melayu dan aktivitas lainnya yang melewati kawasan
tersebut. Terjadilah penyusupan tersembunyi yang dilkukan oleh pedagang
Singapura. hal ini sangat menguntungkan pulau Batam yang berdekatan dengan
Singapura sebagai gangguan patroli Belanda Pada 17 Maret 1824, Pemerintah
Inggris Baron Fagel dari Belanda menandatangani perjanjian London (Anglo-Deutch
Tractate berisi : Belanda mengaku kedudukan Inggris di Malaka dan Singapura,
sementara itu Bencoolen (Bengkulu, Sumatera) menjadi kekuasaan Belanda
sekaligus menguasai kepuluan Riau). Setelah kerajaan Melayu Riau yang berpusat
di Lingga berpisah dari Johor, maka yang dipertuan besar bergelar Sultan
membagi wilayah administrasi pemerintahan dalam kerajaan Melayu Lingga-Riau menjadi
tiga bagian. Yakni kekuasaan Sultan di Daik Lingga, Yang Dipertuan Muda di Penyengat
dan Tumenggung di Bulang. Ketiga wilayah ini menjadi satu kesatuan yang utuh
dalam menjalankan roda pemerintahan. namun secara umum yang menjadi titik
sentral dalam menjalankan roda pemerintahan di kerajaan Melayu dipegang Yang
Dipertuan Muda yang berkedudukan di Penyengat. Batam sendiri saat itu, merupakan
wilayah kekuasaan Tumenggung, Tumenggung yang pertama di Bulang bergelar Tengku
Besar. Sementara yang menjadi Tumenggung terakhir adalah Tumenggung Abdul
Jamal. Sebagai pusat kekuasaan dan yang menjalankan roda pemerintahan, pada
tahun 1898, Yang Dipertuan Muda yang berpusat di Penyengat, mengeluarkan
sepucuk surat yang ditujukan kepada Raja Ali Kelana bersama seorang saudaranya
untuk mengelola pulau Batam. bekal surat itulah, Raja Ali Kelana kemudian
mengembangkan usahanya di pulau Batam. Salah satunya mendirikan pabrik batu
bata. Pada tahun 1965 Temasek melepaskan diri dari Federasi Malaysia
(1963-1965) untuk menjadi negara Singapura yang bebas. Pada awal kemerdekaan
Indonesia tahun 1945 hingga 1957, Tanjung Pinang dinobatkan sebagai pusat
pemerintahan dan bisnis di bagian Timur Sumatera. Tanjung Pinang kemudian
ditetapkan sebagai ibukota propinsi Riau yang kemudian diikuti oleh Pekanbaru
yang terletak di Sumatera. Semenjak itu, Tanjung Pinang resmi menjadi ibukota
Kabupaten Kepuluan Riau yang melingkupi 17 kecamatan termasuk di antaranya
pulau Batam.
B. STRATEGI PEMBANGUNAN KOTA BATAM
Selanjutnya
Misi Pembangunan Kota Batam tersebut diterjemahkan dalam Strategi Dasar
Pembangunan dan Strategi Bidang Pembangunan Kota Batam yang secara singkat
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Strategi
Dasar Pembangunan Kota Batam adalah :
a. Menciptakan,
menjaga, memupuk dan mengoptimalkan manfaat dan kesempatan yang ada dari keunggulan
lokal yang dimiliki Batam.
b. Memanfaatkan era globalisasi agar dapat
meningkatkan daya saing Batam di pasar dunia.
c. Menciptakan peluang-peluang ekonomi di bidang
industri, perdagangan, pariwisata, kelautan dan ahli kapal.
d. Menjadikan
Kota Batam sebagai Free Trade Zone dan Free Port dengan semangat Otonomi Daerah
dalam rangka memantapkan peranannya sebagai mesin penggerak pembangunan
Indonesia Bagian Barat.
e. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.
f. Meningkatkan pelayanan publik yang
kondusif.
Dalam Rangka
itu, maka kebijaksanaan umum pembangunan Kota Batam ke depan adalah :
ü Meningkatkan
mutu sumber daya manusia daerah, terutama agar dapat mengisi peluang usaha yang
ada, melalui :
ü
Meningkatkan dan mengembangkan kualitas
pendidikan jalur sekolah agar sejalan dengan pertumbuhan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan sumber daya manusia yang
berwawasan IPTEK dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja
ü
Mengembangkan pendidikan jalur luar sekolah dan
pelatihan agar memiliki link and match dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
serta kebutuhan pembangunan.
ü
Mengembangkan aspek sosial budaya masyarakat
dalam rangka membangun dan mengembangkan nilai-nilai sosial baru yang berkenaan
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, seperti pengembangan wawasan,
etos kerja dan semangat berkarya.
ü
Meningkatkan pendidikan agama, serta
meningkatkan apresiasi kesenian dan budaya daerah, untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang berwawasan iman dan taqwa (IMTAQ).
Mengembangkan
potensial ekonomi rakyat dan potensi perekonomian daerah dengan mengkaitkan
ekonomi antara pusat-pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya (Hinterland), melalui
:
ü Mengembangkan
kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang berskala kecil dan menengah oleh masyarakat
yang berada di daerah hinterland sesuai dengan kondisi dan potensi sumber daya
alam yang tersedia.
ü Mengembangkan
kemitraan atas dasar saling membutuhkan dan saling menguntungkan antara
usaha-usaha yang ada di Pulau Batam dengan usaha-usaha ekonomi masyarakat yang
berada di daerah hinterland.
ü Mengembangkan
usaha-usaha ekonomi masyarakat di daerah hinterland agar lebih diversifikatif,
melalui perluasan akses terhadap permodalan, informasi pasar, teknologi tepat
guna dan aset produksi lainnya.
Mengembangkan
fasilitas/utilitas serta rekayasa sosial melalui :
ü Meningkatkan
kemampuan masyarakat agar dapat memahami arah dan gerak pembangunan yang sedang
dan akan berkembang pada masa yang akan datang. v 2. Revitalisasi dan
reaktualisasi nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat agar dapat
dimanfaatkan untuk lebih memacu dan mendorong bagi aktifitas, kreatifitas, inovasi
dan motivasi masyarakat
ü Menumbuhkembangkan
kelembaban lokal masyarakat agar dapat berfungsi dan berperan secara optimal
dalam pembangunan
ü Memberdayakan
masyarakat miskin dengan mengembangkan ekonomi kerakyatan.
Mengembangkan
infrastruktur fisik kota, melalui :
ü Meningkatkan kemampuan infrastruktur fisik
kota Batam baik kualitas maupun kuantitas secara merata keseluruh daerah Kota
Batam, terutama didaerah hinterland yang relatif masih tertinggal
ü Mengembangkan
infrastruktur fisik kota yang sesuai dengan daya dukung yang ada dan mengacu
pada Rencana Tata Ruang Daerah Kota Batam yang berwawasan lingkungan.
ü Membangun
fasilitas kota untuk meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat agar
tercipta ketertiban, keamanan ketertiban, ketentraman dan kemudahan bagi
masyarakat.
Menciptakan
situasi yang kondusif untuk peningkatan investasi strategis melalui :
ü Melaksanakan program kerjasama dengan berbagai
bentuk kegiatan yang diupayakan sedemikian rupa antara forum kemuspidaan dengan
pihak TNI, aparat kepolisian, masyarakat serta organisasi kemasyarakatan lainnya
yang ada di kota Batam
ü Melakukan pembangunan perlindungan masyarakat
yang diwujudkan dengan pengembangan kemampuan masyarakat secara terorganisir
untuk berperan aktif dalam menjaga KAMTIBMAS
ü Meningkatkan
kekuatan dan kemampuan segenap komponen kekuatan pertahanan Kota Batam sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikelola secara
profesional, agar terwujud keamanan yang dapat menjaga situasi Kota Batam lebih
kondusif.
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kearifan lokal yang terdapat dalam
budaya lokal mengandung nilai-nilai yang relevan dan berguna bagi pembangunan
masyarakat madani. Pembangunan masyarakat madani berbasis kearifan lokal dapat
dilakukan dengan merevitalisasi budaya lokal. Untuk mewujudkan masyarakat
madani berbasis kearifan lokal di Kota Batam memerlukan adanya pengertian,
pemahaman, kesadaran, kerja sama, dan partisipasi seluruh elemen masyarakat Batam.
semoga dapat mewujudkan visi Batam yang berbasis Madani & IPTEK, Maju, dan Sejahtera.
B. Saran
Dalam
memandang masa depan Batam, tidak sejogyanya menyamaratakan Batam dengan
daerah-daerah lainnya di Indonesia. Potensi dan peluang-peluang yang ada tidak
dapat dimanfaatkan jika dikelola hanya dengan pendekatan tradisional seperti
daerah-daerah lainnya di Indonesia. Para stakeholder di Batam dituntut agar
mempunyai wawasan dan visi yang mampu membawa Batam ke masa depan dengan wacana
Internasional. Atau dengan kata lain, tidak dapat dengan kebiasaan dan cara
piker yang hanya bersifat kedalam (inward looking). Pendirian pusat promosi
ekspor dan investasi se-Sumatera di Batam akan menjadikan Batam sebagai pintu
gerbang promosi produk-produk dan investasi se-Sumatera. Pusat ini dapat juga berfungsi
sekaligus sebagai pusat perdagangan komoditi.
gak jadi komen liat wajah cantik...
BalasHapus